Jumat, 14 Juni 2013

Goresan Tak Bertuan

Kisah ini berlalu dalam ikatan waktu, beralur membujur tak menahu. Ronanya kian membisu dan selalu terbungkam waktu.

Tiga tahun lamanya aku terpaut pada sesosok manusia yang entah kenapa mampu membuat ku tertegun tatkala dihadapannya. Aku yang kala itu tak bergeming untuk tetap mengaguminya, padahal embun yang menetes saat fajar itu pun tahu aku hanyalah debu dan bayangan dihadapannya. Buliran gerimis selalu membuatku ingat pada tiap senyumannya.
Waktu berlalu dan aku tetap saja menjadi bayangan dalam hidupnya. Dia hidup dalam tiap detik aliran darahku hingga merasuk dalam tiap sel-selku. Pernah satu ketika saat mengikuti satu kegiata disekolahku dia menyapaku. Berawal dari situ kita mempunyai hubungan  yang baik layaknya seorang teman. Bahkan hanya dengan begitu saja sudah membuat ku bahagia. Begitu bodohnya kah aku? Ahh, entahlah. Tapi itu yang pernah kurasakan. Hingga tiba pada saat-saat tahun perpisahan itu. Jarak yang semakin jauh bukan berarti membuatku jauh darinya. Bahkan mungkin setiap hari aku membuka akun jejaring sosialnya.
Ternyata ini bukan akhir dari cerita, mimpi dan khayalanku. Terlalu jauh aku berharap untuk bisa dekat dengannya. Sejujurnya dia adalah seberkas cahaya redup yang membuatku mampu bertahan dan memotivasi prestasiku. Dia adalah penerang yang membuatku jatuh dalam kurungan waktu dan tak berlari dalam menggemgam kekagumanku.
Ini adalah tahun terakhir ku di sekolah tingkat menengah atas. Akuu melanjutkan pendidikanku semakin menjauh darinya. Hiruk-pikuk disegala penjuru kota ini tak lagi mampu merayuku untuk berbaur dengan kota indah ini. Aku berpegang teguh dalam kesendirian dan imajinasiku. Berharap suatu hari nanti dia menghampiriku walau sekejap saja dalam mimpi.
Disudut kota indah ini aku melihatnya, tersenyum dengan senyuman khasnya. Senyum yang selama ini kurindui, senyum yang selama ini sudah kutunggu. Walau aku tak tau entah untuk siapa hatinya kini. Yang terlihat jelas oleh mataku, senyum itu tak lagi milikku, tak lagi untukku. Senyum dalam tawa yang berbeda, setara dengan usia kami yang kian berbeda. Senyum halus yang menusuk kalbu terdalamku. Dia adalah ciptaan terindah Allah yang pernah mampir dalam kehidupan masa laluku. Tak ada lagi kini, karena harapku pupus ditengah jalan.
Ini hanya imajinasi kisah yang tak tertata, tak beruas dan tak bertepi.Salam senyum untuk cerita ini. Kisah tak bertuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar